jemarisakato.org, Mentawai – Head Quarter (HQ) atau Koordinator Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) untuk wilayah Asia, Martin Kutsmann, terbang langsung dari Jerman untuk melakukan monitoring Program GREAT Mentawai bersama dengan Regional Partnership Coordinator ASB South and South East Asia (S-SEA), Wiwit Prasetyono Hidayat pada Senin, (8/9) hingga Rabu, (9/9) lalu. Monitoring ini dilakukan untuk memantau sejauh mana kegiatan yang dilakukan oleh JEMARI Sakato selama kurang lebih satu tahun dalam isu Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi perubahan Iklim (API) yang inklusi.
Monitoring dilakukan dengan mengunjungi masing-masing desa dampingan serta intervensi yang dibahas berbeda sesuai dengan perencanaan desa yang akan dilakukan. Dalam kegiatan ini, Masyarakat perwakilan dari kelompok yang ada di desa bersama menceritakan agenda pengembangan aktivitas livelihood dan juga kondisi kebencanaan yang ada di desa yang kemudian di selaraskan dengan agenda yang ada di Program.
Kunjungan pertama yaitu di Desa Sido Makmur, kepala desa, anggota forum inkusi desa, serta anggota UMKM ikut andil dalam menceritakan kegiatan yang mereka lakukan bersama JEMARI Sakato seperti pembentukan forum inklusi desa, pelibatan perempuan dan penyandang disabilitas dalam kegiatan desa, pengembangan usaha UMKM, penyusunan RAK desa, serta kegiatan lainnya. Dalam hal ini, perwakilan desa meminta untuk fokus pada pengembangan usaha UMKM dan pengadaan sumur sebagai sumber air bersih.

Melalui intervensi yang difokuskan oleh Desa Sidomakmur, ASB HQ dan ASB S-SEA memberikan masukan agar JEMARI Sakato bisa melakukan peer to peer learning dengan salah satu wilayah dampingan ASB di Lampung yaitu Paluma Nusantara yang mana salah satu fokus kegiatan mereka juga berkaitan dengan pengembangan usaha.
Selanjutnya, kunjungan dilanjutkan ke Desa Sipora Jaya, kegiatan monitoring dihadiri oleh kepala desa, sekretaris desa, fasilitator desa, perwakilan anggota Sekolah Lapang (SL), dan perwakilan anggota PKK. Semuanya bercerita sejauh mana partisipasi yang sudah terbangun dalam kajian HVCA, penyusunan RAK melalui hasil kajian HVCA, pelibatan perempuan dan penyandang disabilitas dalam musyawarah desa, kesadaran terhadap perubahan iklim, serta mendorong terbentuknya forum inklusi desa. Dalam hal ini, ASB memberikan masukan untuk mendata lagi penyandang disabilitas yang ada di desa, pelibatan generasi muda dalam kegiatan desa terutama dalam kegiatan PKK dan SL, serta dapat bertukar pengalaman melalui mentor yang ada di desa.

Tidak lupa dua desa paling Selatan dari wilayah proyek yaitu desa Matobe dan Sioban. Desa Matobe agenda diskusi dihadiri oleh kepada desa, kepala dusun, fasilitator desa, perwakilan perempuan dan penyandang disabilitas, serta BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Perwakilan desa menceritakan keterlibatan mereka dalam kegiatan program berupa, musyawarah desa, musyawarah khusus perempuan dan penyandang desa, penyusunan RAK yang sesuai dengan hasil kajian HVCA, pengelolaan air bersih, serta melibatkan berbagai aspek masyarakat dalam kegiatan HVCA.

Dari monitoring ini, ASB memberikan masukan untuk bekerjasama dengan pihak lain seperti akademisi, pemerintah, NGO, dan lainnya dalam hal erosi pantai dan budidaya tanaman disekitaran pantai. Selain itu, juga perlu memastikan indikator dari sumber air bersih di desa Matobe dalam hal ini JEMARI Sakato bisa berdiskusi dengan program yang ada di Bangladesh.
Desa Sioban menjadi desa paling ujung yang dikunjungi, sama halnya dengan 3 desa pertama sejumlah apparat dan kader desa berpartispasi dalam monitoring yang dilakukan. Partisipan Desa Sioban bercerita keterlibatan mereka dalam kegiatan program serta beberapa masukan yang diberikan kepada program. Dalam hal ini, desa memiliki fokus utama dalam pengelolaan sampah desa yang mana Desa Sioban memiliki beberapa titik tempat sampah yang menumpuk serta pengembangan kegiatan sekolah lapang. ASB memberikan masukan untuk dapat belajar dari program ASB yang dilaksanakan di Bintari dalam pengelolaan sampah berupa ecobricks dan adanya bank sampah.

Selain kunjungan ke desa, agenda audiensi juga dilaksanakan di BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai, Dari diskusi yang dilakukan terdapat beberapa poin yaitu BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai menjelaskan adanya tiga dokumen penting mengenai kebencanaan yaitu Rencana Kontigensi Kabupaten, Dokumen Kajian Risiko bencana Kabupaten, dan Dokumen Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten. Sedangkan bersama FPRB dan Formasi berharap adanya Early Warning System (EWS) di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dapat diakses oleh semua masyarakat. Tak luput dari proses, DPMD Provinsi juga ikut andil dalam menyediakan ruang diskusi sebagai bentuk penyama pahaman pemerintah daerah terhadap program, salah satu yang menjadi action plan Adalah tersedia form Kerjasama dukungan Pemda Provinsi dalam menuju desa tangguh iklim, melalui desa kreatif hub yang menjadi iconnya provinsi.
Penulis: Ulfa Azizah Febryzalita
Penyunting: Cakra Haji
Kunjungi media sosial JEMARI Sakato lainnya,
Instagram: @jemari.sakato
Facebook: JEMARI Sakato
Linkedin: JEMARI Sakato
Youtube: JEMARI Sakato