jemarisakato.org – Padang, Program GREAT Mentawai yang dilaksanakan oleh JEMARI Sakato melakukan kolaborasi bersama Universitas Negeri Padang (UNP), khususnya Departemen Sosiologi dalam melaksanakan kegiatan kuliah umum yang bertemakan “Promosi Mentawai sebagai Laboratorium Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi Perunahan Iklim (API) yang Inklusif di Sumatera Barat.” Kolaborasi ini bertujuan untuk memperkuat pendekatan berbasis bukti (evidence-based) dalam isu-isu PRB dan API, serta mendorong pemanfaatan hasil kajian akademik dalam penyusunan kebijakan dan pengembangan program daerah yang inklusif dan kontekstual. Selain itu, untuk memperkuat kemitraan antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil dalam membangun ketangguhan lokal yang berkelanjutan.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Kamis (26/06) lalu di Aula Fakultas Ilmu Sosial UNP yang mana dihadiri oleh perwakilan Kemendagri, Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat, Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Mentawai, OPB Kabupaten, pelaku UMKM Kabupaten Kepulauan Mentawai, NGO Lokal, Perwakilan OPDIs Sumbar, mahasiswa, dan JEMARI Sakato. Kuliah umum dilaksanakan secara hybrid tatap muka dan daring melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini juga dilengkapi juru bahasa isyarat sebagai bentuk komitmen terhadap aksesibilitas informasi. Selain itu, kegiatan ini juga mengusung konsep zero waste yang mana makanan tidak dibungkus plastik dan konsep makan yang prasmanan.
“Kabupaten kepulauan mentawai adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat yang berada di Kepulauan. Dan sebuah kabupaten yang rawan bencana. Untuk sekarang ini JEMARI Sakato sedang melakukan pendampingan untuk masyarakat di empat desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai bagaimana masyarakat tersebut dapat siap siaga dalam hal kebencanaan, sehingga menjadi pencontohan bagi Sumatera Barat untuk mencapai daerah yang inklusif,” Ucap Anggun Mustika Yanti, Direktur Eksekutif JEMARI Sakato dalam sambulannya.
Dari sisi akademik, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNP, Afriva Khaidir dalam sambutannya menyucapkan, “Terdapat 11 jurusan yang ada di Falkutas Ilmu Sosial dan beberapa pascasarjana. Dan difalkutas FIS terdapat laboratoriumnya sendiri dalam kebencanaan. Sejalan dengan program JEMARI Sakato yang memang berfokus untuk membangun masyarakat menjadi lebih baik, sehingga nantinya diharapkan dapat menjalin kolaborasi kedepannya.”
Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai yang dalam kesempatan ini diwakilkan oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Kepulauan Mentawai, Lahmuddin Siregar, dalam sambutannya, “Kabupaten kepulauan mentawai memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan seperti kekayaan laut dan destinasi wisata yang mendunia. Kawasan kepulauan mentawai menjadi daerah yang strategis bukan hanya dari keindahan alamnya akan tetapi dari segi kebencanaanya juga. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan kolaborasi dan kerjasama untuk menjadikan Mentawai sebagai daerah tangguh dan percontohan yang baik dalam hal Mitigasi Kebencanaan.”
Dalam kegiatan ini, terdapat sesi penandatangan kerjasama Departemen Sosiologi UNP dengan NGO yang ada di Sumatera Barat. Selain itu, juga terdapat stand UMKM produk olahan khas Kabupaten Kepulauan Mentawai, sehingga hal ini dapat mempromosikan usaha lokal daerah yang resilien.
Selanjutnya, sesi diskusi yang dimoderatori oleh Hanafi Saputra, Dosen Departemen Sosiologi UNP memandu kegiatan diskusi bersama beberapa narasumber, yaitu Martono (Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri); Lahmuddin Siregar (Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Kepulauan Mentawai); Indang Dewata (Ahli Lingkungan UNP); serta Nuwirman (Pendiri JEMARI Sakato).
Poin penting yang disampaikan oleh beberapa narasumber , yaitu:
Mentawai sudah menjadi daerah yang sangat peduli terhadap kebencanaan, hal ini dibuktikan dengan mitigasi kebencanaan yang selalu menjadi perhatian oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
Perlunya review kembali RPJM dan RKP Desa mengenai kelompok berisiko dalam regulagi kebijakan mengenai mitigasi kebencanaan. Karena pada hakikatnya regulasi tersebut hanya tersedia secara nasional, namun secara perencanaannya di daerah dikembalikan pada masing-masing dan perlu peninjauan ulang dalam implementasi regulasi tersebut.
Selain perlunya mitigasi bencana kepada masyarakat, perlu diedukasi mengenai hal-hal lainnya dalam menunjang kehidupan masyarakat, seperti air bersih, perekonomian, investasi, dan lainnya. Hal ini menjadi tabungan lainnya bagi masyarakat saat terjadinya bencana.
Perubahan iklim sangat erat hubungannya dengan sifat manusia, karena hal ini sudah banyak terjadi perubahan terhadap alam karena perubahan iklim yang terjadi. Sehingga, perlu adanya aksi dalam menanggulangi perubahan iklim untuk mengurangi bencana yang terjadi.
Aksi nyata menghadapi perubahan iklim serta inklusi kelompok berisiko yang harus benar-benar diwujudkan dalam setiap upaya mitigasi bencana.
Setelah diskusi dan tanya jawab dari peserta kegiatan, kegiatan kuliah umum ditutup dengan pemberian plakat serta sertifikat kepada narasumber kegiatan. Melalui kegiatan ini diharapkan kolaborasi ini dapat terus berlanjut untuk mendukung pembangunan daerah yang tangguh, inklusif, dan berbasis kearifan lokal.
Penulis: Ulfa Azizah Febryzalita
Penyunting: Anggun Mustika Yanti
Kunjungi media sosial JEMARI Sakato lainnya,
Instagram: @jemari.sakato
Facebook: JEMARI Sakato
Linkedin: JEMARI Sakato
Youtube: JEMARI Sakato