jemarisakato.org, Padang – Program Pemulihan Bencana Banjir dan Longsor Kabupaten Pesisir Selatan sudah terlaksana lebih kurang 4 bulan sejak bulan Mei sampai bulan Agustus. Sudah banyak kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemandirian dan ketangguhan masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana. Daerah atau Nagari yang menjadi dampingan oleh JEMARI Sakato yaitu, Nagari Duku, Nagari Duku Utara, dan Nagari Barung-Barung Balantai Tengah di Kecamatan Koto XI Tarusan. Kegiatan ini didukung penuh oleh Save the Childen Indonesia dan sampai saat ini sudah banyak peningkatan yang dilakukan bersama masyarakat terutama di lingkungan sekolah dalam pembentukan Kelompok Siaga Bencana Sekolah (KSBS) dalam pemenuhan indikator Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Pembentukan KSBS pada beberapa sekolah yang berada di Kecamatan Koto XI Tarusan diawali dengan kegiatan Sosialisasi Pengurangan Risiko Bencana (PRB) yang mana pada hal ini masyarakat sekolah sangat partisipatif dan ikut andil dalam pengurangan risiko bencana tersebut. Menindaklanjuti hal ini, dibentuklah Kelompok Siaga Bencana Sekolah (KSBS) yang beranggotakan guru, murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Dari 5 sekolah dampingan JEMARI Sakato dan Save the Children Indonesia , pada akhirnya 3 dari 5 sekolah tersebut mampu membuat KSBS dan menjadi sekolah champion untuk melakukan perluasan kepada sekolah lainnya yang berada di nagari. Setelah terbentuknya tim KSBS yang sudah diberikan Surat Keterangan (SK) Kepala Sekolah melakukan Penilaian Risiko Multibahaya terhadap lingkungan sekolah mereka. Pada Penilaian Risiko Multibahaya ini, dilakukan pengkajian menggunakan PRA ( Participatory Rural Appraisal ) pada ketiga sekolah. Alat PRA yang digunakan untuk Penilaian Risiko Bencana di sekitaran sekolah yaitu sketsa sekolah, diagram ven, dan alur sejarah. Kegiatan ini memberikan informasi kepada masyarakat sekolah mengenai daerah rawan bencana, kerentanan yang dimiliki sekolah, dan dapat menganalisis langkah yang dapat dilakukan untuk pengurangan risiko bencana.
Pada Selasa (25/6) dilakukan kegiatan Lokakarya Kesiapsiagaan Sekolah Menghadapi Risiko Bencana yang mana pada kegiatannya masing-masing sekolah dampingan mempresentasikan Penilaian Risiko Multibahaya yang sudah dilakukannya. Pada akhir kegiatan lokakarya kesiapsiagaan, dilakukan penyusunan Rencana Aksi Komunitas (RAK) untuk memenuhi indikator 3 pilar SPAB, yaitu fasilitas aman bencana, manajemen penanggulangan bencana, dan kurikulum kebencanaan. Selanjutnya, dilakukan penyusunan dokumen SPAB pada 3 sekolah dampingan yang meliputi sistem peringatan dini, kontak darurat, alur komando dan korrdinasi, prosedur tetap kebencanaan, dan peta evaluasi. Pada pelaksanaannya, masing-masing koordinator menjelaskan mengenai hasil diskusi tentang dokumen SPAB bersama tim KSBS. Penyusunan dokumen ini bertujuan untuk mempersamakan persepsi tim KSBS dalam melakukan aksi pra, saat, dan pasca bencana, sehingga jika terjadi bencana ataupun sesudah bencana masyarakat sekolah tidak panic dan diharapkan mandiri dalam menyikapi adanya bencana yang datang.
Penulis: Ulfa Azizah Febryzalita
Kunjungi sosial media JEMARI Sakato lainnya,
Instagram: @jemari.sakato
Facebook: JEMARI Sakato
Youtube: JEMARI Sakato
LinkedIn: JEMARI Sakato