JEMARI Sakato

collapse

Pembekalan dan Penguatan Desa untuk Penilaian Risiko Multibahaya di Kabupaten Kepulauan Mentawai

2025-02-19  JEMARI Sakato  181 views

jemarisakato.org – Padang, Program GREAT Mentawai yang sudah berjalan lebih kurang 6 bulan di Kabupaten Kepulauan Mentawai mulai melakukan kegiatan yang berkaitan dengan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dan Adaptasi Perubahan Iklim (API) yang inklusif kepada masyarakat di 4 desa dampingan (Desa Sido Makmur, Desa Sipora Jaya, Desa Matobe, dan Desa Sioban). Implemantasi kegiatan PRB dan API yang inklusif ini dilakukan dengan cara Penilaian Risiko Multibahaya di tingkat desa. Kegiatan ini dilaksanakan pada Selasa-Rabu (4-5/2) lalu di Aula Hotel Graha Viona, Sipora Jaya, Kabupaten Kepulauan Mentawai. 

Penilaian Risiko Multibahaya tingkat desa ini dilakukan agar masing-masing desa memiliki ketangguhan atau kemampuan yang mandiri dalam menghadapi bencana dan dapat pulih lebih cepat jika terjadi bencana. Ketangguhan desa dapat diketahui dan diwujudkan dalam perencanaan pembangunan yang berorientasi penanggulangan bencana berdasarkan informasi yang didapatkan dari masyarakat desa. 

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan desa yang terdiri dari anggota KSB, PKK, Penyandang Disabilitas, dan lainnya. Nantinya perwakilan desa ini akan menjadi fasilitator HVCA ( Hazard, Vulnerability, and Capacity Asssessment ) untuk masing-masing desanya. Kegiatan dilakukan selama dua hari yang mana hari pertama diberikan pembekalan kepada calon fasilitator desa mengenai beberapa materi yang berkaitan dengan PRB dan API yang inklusif dan kegiatan hari kedua dilakukan praktik secara langsung ke masing-masing desa. 

Pada hari pertama, kegiatan dibuka langsung oleh Sekretaris II Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai, Bapak Lahmuddin Siregar. Saat memberi sambutan, beliau menyampaikan “Perlu adanya kolaborasi multipihak baik dari pemerintah daerah, masyarakat, akademisi, pengusaha, media, NGO, dan lainnya untuk membangun sinergi yang kuat dalam rangka kesiapsiagaan. Melalui pemberdayaan kepada masyarakat yang dilakukan dapat menciptakan pembangunan yang berdaya saing dan ekonomi yang tangguh.”

Selain itu, Cakra Haji, sebagai Program Manager GREAT Mentawai menyebutkan, “Pendampingan kali ini merujuk pada aktivasi forum inklusif desa atau Tim Pembina (TP) Posyandu yang diinisiasi oleh Kemendagri, sehingga masyarakat diharapkan memahami dan terpapar mengenai isu PRB dan API yang Inklusif.” 

Selama kegiatan hari pertama masyarakat diberikan pembekalan mengenai materi manajemen risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim, konsep HVCA, pengenalan alat-alat PRA ( Participatory Rural Appraisal) , teknik fasilitasi efektif, dan pembuatan keputusan secara partisipatif (ORID). Materi-materi tersebut difasilitasi oleh Syafri Noer dan Robi Syafwar sebagai fasilitator kegiatan hari pertama. 

Sebanyak 37 peserta melaksanakan kegiatan dengan baik dan partisipatif. Terlebih dalam diskusi penggunaan salah satu alat PRA, dimana masing-masing calon fasilitator di masing-masing desa melakukan diskusi dan memaparkan langsung hasil diskusi mereka kepada semua peserta mengenai kerentanan yang ada di desa mereka masing-masing. Talshudin salah satu peserta dari Desa Sido Makmur menyebutkan, “Kegiatan ini sangat bagus dan dapat ditingkatkan serta dilanjutkan, khususnya dapat membantu komunitas dalam menggali data atau dokumen untuk dimasukkan ke perencanaan desa yang akan datang.” Selain itu Riswanti dari Desa Sioban menyebutkan, “Kegiatan ini mengingatkan kembali kejadian bencana, musim, dan lainnya yang pernah terjadi di Desa Sioban, sehingga kami dapat mengantisipasi di tahun berikutnya jika terjadi bencana.”

Sedangkan di hari kedua, penilaian Risiko Multibahaya dilakukan di masing-masing desa. Kegiatan dilakukan oleh fasilitator dari JEMARI Sakato, perwakilan desa yang sudah dilatih pada hari pertama, dan beberapa masyarakat desa lainnya. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di desa masing-masing karena setiap desa memiliki HVCA yang berbeda-beda. 

Dengan pelaksanaan kegiatan pembekalan risiko multibahaya kepada masyarakat ini, diharapkan dapat melahirkan Rencana Aksi Komunitas (RAK) yang nantinya menjadi rekomendasi untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).

 

Penulis : Ulfa Azizah Febryzalita   

Kunjungi media sosial JEMARI Sakato,  
Instagram: @jemari.sakato  
Facebook: JEMARI Sakato  
Youtube: JEMARI Sakato  
Linkedin: JEMARI Sakato 


Share: