jemarisakato.org, Padang – Pada Mei lalu terjadi bencana banjir lahar dingin (galodo) di Kabupaten Agam, untuk merespon bencana ini JEMARI Sakato bermitra dengan OPDIs (Organisasi Penyandang Disabilitas) Sumatera Barat yakni Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) dan Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN) melakukan Program Pemulihan Banjir Lahar Dingin Kabupaten Agam. Program ini didukung oleh Arbeiter-Samariter-Bund (ASB) South and South East Asia bersama Kementerian Dalam Negeri dan didanai oleh Aktion Deucsland Hilft, salah satu organisasi di Jerman yang fokus menyediakan bantuan dalam situasi bencana dan darurat skala besar di luar negeri .
Dalam kegiatan Pemulihan Bencana Banjir Lahar Dingin Kabupaten Agam, salah satu kegiatan yang dilakukan JEMARI Sakato bersama mitra OPDIs yaitu penguatan kapasitas dan kesiapsiagaan masyarakat Nagari Bukik Batabuah. Menurut masyarakat Nagari Bukik Batabuah, potensi bencana banjir lahar dingin masih mengancam beberapa wilayah di selingkar Gunung Marapi [Hasil Kajian Risiko Bencana yang dilakukan bersama masyarakat Nagari Bukik Batabuah]. Untuk itu penguatan kesiapsiagaan dilakukan melalui pengembangan Aksi Antisipatif Nagari yang Inklusif di Fase Transisi Darurat Pasca Banjir Lahar Hujan di Nagari Bukik Batabuah.
Aksi antisipatif sendiri merupakan suatu isu baru dalam konteks kebencanaan yang baru diterapkan dibeberapa wilayah di Indonesia, penerapan Aksi Antisipatif dapat di implementasikan pada bencana yang dapat diperkirakan guna mengantisipasi dampak kerugian dan korban jiwa sebelum bencana benar - benar terjadi.
Pengembangan Aksi Antisipatif dituangkan kedalam suatu protokol Aksi Dini yang disusun secara partisipatif bersama Lembaga Pemerintahan Daerah, seperti BPBD, BNPB, PVMBG, DPMN, Lembaga Pemerintahan Nagari, dan masyarakat berisiko tinggi (yang berada pada daerah landaan dan masyarakat berkebutuhan khusus seperti disabilitas).
Pelibatan masyarakat berisiko tinggi merupakan salah satu strategi yang dilakukan guna memperkuat protokol yang inklusif dan dapat meningkatkan kesiapsiaggaan nagari dalam mengatasi hambatan lingkungan, seperti dalam akses terhadap peringatan dini, sarana dan fasilitas yang aksesibel serta kebijakan yang merangkul seluruh aspek masyarakat. Penyusunan protokol dilakukan secara bertahap selama kurang lebih 3 bulan dari September hingga November, dimulai dari loka latih penyusunan kajian risiko bencana, pengenalan konsep aksi antisipatif, penyusunan draft protokol hingga desiminasi protokol, dan simulasi untuk menguji tindakan aksi dini yang tertuang ke dalam protokol yang disusun secara bersama.
Kegiatan simulasi uji coba protokol telah dilaksanakan di Kantor Wali Nagari Bukik Batabuah pada tanggal Minggu (24/11) lalu, dalam kegiatan ini dihadiri oleh kurang lebih 70 peserta yang berasal dari lembaga pemerintahan daerah BPBD Kab. Agam, DPMN Kab. Agam, Polsek Candung, KSB kecamatan Canduang, Lasi, Batu Taba, perwakilan seluruh pemerintahan yang ada pada n agari, b idan desa, babinsa, babinkamtibmas serta masyarakat berisiko tinggi.
Protokol Aksi Dini yang telah disusun dan di uji coba didukung kuat oleh Wali Nagari Bukik Batabuah, Bapak Firdaus. Beliau menyampaikan bahwa dengan disusunnya protokol ini diharapkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesiapsiagaan semakin meningkat, selain itu terbentuknya tim aksi antisipatif ini akan di dukung penuh oleh n agari baik secara mekanisme pendanaan dalam pelaksanaan ataupun dalam menunjang peningkatan kapasitas tim nantinya. Beliau juga menyampaikan, kegiatan simulasi ini akan di masukan kedalam kegiatan tahunan agari sehingga pengalaman dan pengetahuan ini dapat diketahui dari generasi ke generasi di Nagari Bukik Batabuah.
Penulis: Ulfa Azizah Febryzalita
Penyunting: Abdi Kurniawan
Kunjungi media sosial JEMARI Sakato,
Instagram: @jemari.sakato
Facebook: JEMARI Sakato
Youtube: JEMARI Sakato
Linkedin: JEMARI Sakato